Memulai Awal Tahun dengan Pertanyaan

Ikmal Trianto
3 min readJan 1, 2025

--

Ilustrasi: Freepik

Dengan memulai segelintir pertanyaan itu kita dapat menggali pemahaman diri kita sendiri

Awal tahun adalah momen istimewa yang dinantikan banyak orang. Seringkali kita memanfaatkan awal tahun ini untuk membuat resolusi, rencana baru ataupun menjadi Langkah awal untuk memulai kebaikan serta refleksi tahun sebelumnya menjadi lebih baik lagi. Resolusi ini merupakan bagian dari memulai harapan, mimpi untuk mendapat banyak kesempatan yang lebih dari sebelumnya. Anak kecil dan orang dewasa pun berharap pada jalannya masing-masing, untuk mampu menapaki keberuntungan di masa mendatang hadir dalam hidup mereka di tahun sekarang ini.

Jika kebiasaan kita di awal tahun ini biasanya dimulai dengan berharap, bagaimana jika kita ubah menjadi bertanya terlebih dahulu. Berharap sebenarnya adalah bentuk pertanyaan yang secara simbolis diubah konteks strukturnya menjadi pernyataan. Sementara bertanya merupakan kontekstual langsung garis pencarian makna dengan penanda kalimat yang tegas.

Masa depan ini adalah masa yang kita nantikan karenanya harapan kita tertuju pada banyaknya kesenangan yang kita tunggu-tunggu. Kecemasan, kegundahan, kegelisahan berharap mampu berubah menjadi kebahagiaan yang utuh dan kekal. Atau hal yang tidak baik-baik saja dapat beralih pada hal-hal yang sifatnya positif. Meksipun makna positif itupun dapat terjadi karena hal yang kita kira negatif. Kita tidak akan pernah berada dalam situasi tidak siap jika dihadapkan pada ketidaksenangan itu, namun pada bentuk kesenangan saat merasa tidak siap pun, hal itu adalah sebuah kejutan yang selalu dinantikan untuk berulang.

Pertanyaan pertama yang muncul pada tl Instagram saya adalah “mau diapakan sisa umur ini?’. Hegemoni suka cita dengan kembang api seolah bagian dari kebisingan dan kesia-siaan. Untuk apa menikmati sukacita sesaat, memaksa orang lain hingga bahkan anak kecil untuk menantikan fantastisitas yang ada pada gemerlap perayaan tahun baru. Benda itu adalah uang yang kamu bakar atau terompet yang ditiupkan dengan suara nyaring yang tidak ada artinya. Memang mungkin saja disitu letak harapan dan kebahagiaan yang diharapkan pada transisi pergantian waktu. Namun benarkah begitu, sukacita itulah yang kita nantikan atau kita hanya terperangkap pada bentuk kebiasaan yang membawa kita pada makna kosong semata

Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat seharusnya muncul tertuju pada diri sendiri untuk dapat menjadi langkah pertama tentang kesadaran dan pertumbuhan diri. Dengan memulai segelintir pertanyaan itu kita dapat menggali pemahaman diri kita sendiri dan kemudian mengidentifikasi apa yang benar-benar penting dan harus kita lakukan dan harus kita hindari. Setelahnya kita dapat tahu tentang apa yang sebetulnya kita inginkan. Sehingga kita tidak akan terjebak lagi dalam lingkup ruang yang sama atau mereduksi hal-hal yang memberikan dampak buruk bagi pikiran dan kesehatan mental kita.

Saya mungkin tidak suka menyebut ini pertanyaan, karena terlahir dari ketakutan dan kekhawatiran yang lebih banyak melahirkan ketidaksiapan dengan kenyataan yang akan terjadi. Meskipun begitu, siklus harus tetaplah berjalan satu detik menuju menit, menit menuju jam, jam menuju hari, hari menuju minggu, minggu menuju bulan, bulan menuju tahun. Itulah catatan 365 atau 366 hari yang harus kita isi dengan banyak ketidakdugaan yang menjadi kejutan. Seperti halnya menantikan ulang tahun, kejutan manis adalah satu-satunya yang dinantikan. Tetapi mungkin saja kejutan lain akan kita hadapi di catatan 365 hari berikutnya.

--

--

No responses yet